Ketua SMSI Buleleng Ingatkan Wartawan Tak Boleh Jadi Humas Paslon Tertentu
Quotation:
Banyak yang menjadi wartawan Tiktok. Kalau berita video langsung ditayangkan di Tiktok, bukan produk jurnalistik dan tidak bisa dipertanggungjawabkan bila ada masalah,” ucap Franz.
Singaraja, SINARTIMUR.co.id – Ketua SMSI Kabupaten Buleleng, Francelino Xavier Ximenes Freitas, mengingatkan para wartawan yang berkarya di Kabupaten Buleleng untuk tetap menjaga netralitas dan tidak berafiliasi dengan pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Buleleng tertentu yang saat ini sedang mengikuti kontestasi Pilkada Buleleng. Lebih fatal lagi apalagi wartawan memposisikan diri sebagai Humas Paslon Bupati/Wabup Buleleng tertentu.
“Sejak tahapan Pilkada dimulai terutama tahapan kampanye dimulai suasana politik di Buleleng perlahan-lahan mulai menamas. Dan setelah debat publik Paslon Bupati/Wabup Buleleng dan Paslon Gubernur/Wagub Bali, suhu politik di Buleleng makin mendidih. Maka, peranan pers sangat penting dalam mengendalikan suhu yang panas ini. Kuncinya, pers atau wartawan harus benar-benar memposisikan diri sebagai sumber informasi Pilkada bagi masyarakat yang netral, objektif dan akurat. Jangan sampai oknum wartawan dengan media tertentu menjadi Humasnya Paslon Bupati/Wabup tertentu. Itu akan sangat mencederai citra dan kredibilitas pers di Buleleng,” ungkap Francelino dalam acara interaktif “Hai Bali Ken-Ken” RRI Singaraja, Selasa (12/11/2024) siang.
Acara itu dipandu oleh presenter Ayu Sundari, dan juga ditampilkan narasumber lain dari kalangan akademisi yakni Doni Hans Wasisto, M.Pd.H, M.I.Kom, dari STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Acara interaktif itu mengambil tajuk “Peran Media Dalam Mengawal Akurasi Informasi Pilkada 2024”.
Francelino mengklaim bahwa berdasarkan data dan informasi yang diperolehnya bahwa ada oknum wartawan tertentu yang terindikasi berafiliasi ke Paslon Bupati/Wabup Buleleng tertentu, dan menutup informasi tentang Paslon Bupati/Wabup tersebut kepada media atau wartawan lain di Buleleng. “Ini pula menyebabkan Paslon tersebut sulit berkomunikasi dengan wartawan lain, sehingga nyaris tidak ada informasi tentang jadwal kampanye Paslon itu kepada wartawan di sini (Buleleng, red),” papar Francelino.
Ia menceritakan bahwa di Buleleng perkembangan medianya sangat bagus hanya saja tidak diikuti dengan kualitas wartawan yang mumpuni sehingga dalam melaksanakan tugas jusnalistik, ada oknum wartawan yang keluar dari rel. “Perlu diketahui bahwa pengelola media online ini saya klasifikasikan dalam dua kelompok. Pertama media online yang dikelola oleh wartawan yang berlatar belakanang wartawan, yang pernah menjadi wartawna koran, radio dan TV. Ini bagus karena mereka selalu memperhatikan kaidah-kaidah penulis berita. Kedua, media online yang dikelola oleh orang yang tidak memiliki latar belakang wartawan dan tidak pernah mendalami teknik penulisan berita. Kelompok ini yang ngawur. Bahkan sering membuat manuver-manuver di sejumlah instansi yang bertentangan dengan tugas jurnalistik,” sebut Francelino.
Oleh karena, pria yang juga Pemimpin Redaksi (Pemred) media online SINARTIMUR.co.id dan Sinar Timur TV itu, meminta insan pers di Buleleng untuk kembali ke tugas dan kewajiban yang sesungguhnya sebagai wartawan dan tetap menjaga netralitas dalam pesta demokrasi Pilkada Buleleng 2024 ini. “Saya mengingatkan dan mengajak teman-teman wartawan di Buleleng, sebagai penyejuk di kala suhu politik memanas, jangan menjadi provokator,” ucap Francelino mengingatkan insan pers di Buleleng.
Pria yang biasa disapa Franz itu juga menyoroti tulisan-tulisan wartawan yang langsung dimuat di akun Tiktok tanpa melalui medianya terdahulu. Bahkan Franz menyatakan wartawan model itu disebut sebagai wartawan Tiktok. “Ini karena teman-teman itu hanya mau mengejar viewer, memgabaikan etika dan tatakrama dalam menyayangkan berita. Banyak yang menjadi wartawan Tiktok. Kalau berita video langsung ditayangkan di Tiktok, bukan produk jurnalistik dan tidak bisa dipertanggungjawabkan bila ada masalah. Sebaiknya video itu dibuatkan video berita dan ditayangkan youtube media baru dishare ke Titkok itu baru benar dan itu dapat dipertanggungjawabkan sebagai prduk jurnalistik,” tandas Franz,
Sementara itu Dosen Ilmu Kmunikasi STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Doni Hans Wasisti, M.Pd.H, M.I.Kom, mengkritisi sejumlah produk pers yang tidak berkualitas. Ini diakibatkan, sambung dia, karena media atau wartawan yang menulis berita itu hanya mengelar jam tayang tanpa memperhatikan kualitas berita. “Seperti beberapa berita yang ditayang lewat akun Tiktok, kami nilai tidak memenuhi syarat sebagai sebuah karya jurnalitis, kelihatannya lebih mengejar viewer,” ucap Doni.
Writer/Editor: Team SINARTIMUR.co.id