Sugawa-Suardana “Ok Gas”: Sugawa Korry Janji Naikkan Gaji Perbekel Minimal Rp 10 Juta
Quotation:
Kami prihatian, setelah kami buka data gaji kepala desa paling kecil dibandingkan dengan kabupaten/kota seBali, Rp 4,5 juta sebelum pajak. Kalau dipotong pajak paling Rp 3,9 juta. Jadi ini sangat memprihatinkan dan ini terjadi berpuluh-puluh tahun,” tandas Sugawa Korry.
Singaraja, SINARTIMUR.com – BEM Universitas Panji Sakti (UNIPAS) Singaraja menggelar diskusi politik dengan menghadirkan dua paslon bupati/wabup yang telah resmi terdaftar di KPU Buleleng.
Hari kedua duskusi, ditampilkan paslon bupati/wabup Buleleng dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, DR I Nyoman Sugawa Korry, SE, MM, Ak, AC, dan DR Gede Suardana, S.Pd, M.Si, sebagai pembicara. Kali ini pembicaraan lebih seru, karena kedua tokoh ini benar-benar menguasai materi dan brilian dalam menjawab setiap pertanyaan kritis dari audiens yang semuanya adalah mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di Buleleng.
Salah satu yang menarik adalah ketiga Sugawa Korry menyentil gaji perbekel di Buleleng yang dinilai sangat rendah dan sangat tidak layak. Gaji peberkel di Buleleng sebesar Rp 4,5 juta.
“Kami prihatian ya, setelah kami buka data gaji kepala desa paling kecil dibandingkan dengan kabupaten/kota seBali, Rp 4,5 juta sebelum pajak. Kalau dipotong pajak paling Rp 3,9 juta. Jadi ini sangat memprihatinkan dan ini terjadi berpuluh-puluh tahun,” tandas Sugawa Korry kembali menegaskannya saat diwawancarai wartawan usai diskusi.
Melihat kondisi ini, Sugawa Korry berjanji akan memperbaiki jumlah atau besaran gaji yang diterima para perbekel se-Kabupaten Buleleng bila ia terpilih sebagai Bupati Buleleng pada 27 November 2024 mendatang.
“Oleh karena itu saya berpendapat ke depan ini harus diperbaiki, bukan karena masalah Pilkada dan sebagainya, tapi ini tentang penghargaan kita terkait kepantasan, penghargaan kita kepada seorang kepala desa sebagai ujung tombak,” tandas Sugawa Korry.
Sepantasnya berapa gaji perbekel? “Kalau menurut pendapat saya, paling tidak gaji kepala desa di Buleleng ini paling rendah adalah Rp 10 juta. Harus berjenjang, jumlah penduduknya sekian, luas wilayahnya sekian paling rendah Rp 10 juta, lebih dari itu yang harus lebih,” jawab Sugawa Korry meyakinkan.
Ia menegaskan pendapatan daerah kecil bukan menjadi alasan gaji perbekel tidak boleh dinaikkan. “Pertanyaan pendapatan daerah kecil, itu tanggungjawab kepala daerah. Karena kita harus menghargai, karena begini, kalau memberikan gaji seperti itu (Rp 4,5 juta) sama dengan kita menyuruh mereka untuk korupsi. Karena saya tahu tugasnya seorangkepala desa itu besar, menyama braye, kemudian melayani masyarakat, terima tamu yang banyak dan sebagainya. Saya tidak habis berpikir kenapa bisa seperti itu,” tegas Sugawa Korry lagi.
Bisa dengan PAD Buleleng seperti sekarang? “Bisa ! Kalau menurut saya, yakin bisa,” jawabnya sambil tersenyum.
Apa tidak dicemburi lurah? “Kenapa cemburu? Sekarang dia dapat gaji besar apa dicemburui oleh kepala desa? Adilkan? Tahu nggak lurah itu sekarang gajinya lebih besar dari kepala desa, apakah kepala desa cemburu kan nggak? Kalau sekarang gaji kepala desa diperbaiki, lurah bukannya cemburu tapi bersyukur karena partner.
Saya sudah berdikusi dengan tim kami minimal Rp 10 juta untuk desa terkecil. Nanti ada kajian dan semua akan diatur oleh regulasi dalam peraturan bupati akan disusun, dan itupun kita akan konsultasi lebih dulu dengan Kejaksaan dan BPK , tidak serta merta, kalau boleh jalan,” jawab Sugawa Korry.
Sugawa Korry juga berbicara panjang lebar tentang pertanian. Kata dia, kalau hendak meningkatkan pendapatan petani di Buleleng maka pasar produk petani harus lebih dibuka. “Pasar produk petani itu ada tiga; satu, Untuk di konsumsi , untuk yadnya, buah-buahan untuk persembahan; kedua,untuk antar pulau seperti misalnya magga; ketiga, untuk ekspor. Ini sistem tradisional pasar. Kita harus buka lagi satu, untuk pasar industri pengolahan,” papar Sugawa Korry.
“Sehingga dengan demikian kita berharap permintaan akan menjadi lebih banyak, pasti harganya akan lebih baik. Contoh duren kane, sepuluh tahun yang lalu wah pasti akan turun harganya karena semua tanam tapi kenyataan sekarang tetap saja masih harganya. Karena Karena apa? Karena ada industry pengolahannya. Duren kane industrinya di Jawa. Kalau dia mau masuk di Bali, kita kasih karpet merah, kalau UU memungkinkan kita kasih tax holliday, perizinan jangan ada wani piro, asal dia mendirikan di atas peruntukan sesuai dengan regulasi RDTR (Rencana Detail Tata Ruang),” urai Sugawa Korry panjang lebar.
Menjawab pertanyaan seputar makin menipisnya lahan pertanian akbat terjadi alih fungsi lahan besar-besar dalam beberapa tahun terakhir ini, Sugawa Korry berkomitmen, “Kami komit tidak akan lakukan alih fungsi lahan, kami akan menjaga ini. Pertanian masih sangat penting, kalau kita sadar pertanian itu masih 34 persen Buleleng tergantung di sana. Karena apa? Karena sector pertanian itu sangat sulit untuk mereka berubah. Seorang petani dijadikan pegawai hotel, belum tentu bisa; kalau pegawai hotel masih bisa menjadi petani. Oleh karena itu pertanian harus tetap dijaga.”
Sementara itu Cawabup Gede Suardana lebih menekankan pada peranan genarasi muda sebagai agen perubahan. Kata dia, generas muda jumlah 56 persen sampai 60 persen, sehingga pembangunan Buleleng itu harus melibatkan generasi muda seperti mahasiswa, pelajar, karangtaruna dan elemen kaum muda lainnya.
“Hari ini kita diundang di Unipas berbicara di depan mahasiswa kita ingin mengajak merka untuk bersama-sama membangun Buleleng. Karena nasib Buleleng 20 tahun ke depan ada di tangan mereka,” ucap Suardana yang mantan Ketua KPU Buleleng itu.
Seberapa peting peran pemuda dalam pembanguna Buleleng? “Perannya penting sekali karena kalau mahasiswa dari sekarangsudah mulai belajar dan tidak apatis dengan politik maka mereka akan tahu persoalan sosial, mereka tahu dasar hukumnya, mereka tahu kebijakan-kebijakan, dan sekarang mahasiswa belajar kalau sudah paham public policy, paham tentang hukum, paham tentang persoala rakyat, ini ke depan mereka akan lebih siap menyambut tongkat stafet kepentingan khususnya di Buleleng,” jawabnya.
“Maka dari itu penting banget adek-adek mahasiswa ini kita ajak untukmembangkitkan kesadaran mereka karena nerekalah angen perubahan di Buleleng,” pungkas Suardana.
Writer/Editor: Francelino