Genjot Hilirisasi, Gerakan Bandeng Bali Diluncurkan

Quotation:
“Peluang inilah akan kita tangkap supaya potensi yang kita punyai bisa terserap secara lebih besar untuk konsumsi di wilayah Buleleng dan Bali,” ucap Wabup Supriatna.
Seririt, SINARTIMUR.co.id – Upaya serius Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali, untuk mendorong hilirisasi produk bandeng lokal diresmikan dengan digelarnya seminar dan peluncuran Gerakan Bandeng Bali. Gagasan yang digagas Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Daerah Bali ini secara resmi dibuka oleh Wakil Bupati (Wabup) Buleleng, Gede Supriatna, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah MAI Provinsi Bali di Ballroom Arya Krisna Hotel Azana Seririt, Kamis (30/10/2025).
Inisiatif ini bertujuan mengubah pola produksi yang selama ini hanya berfokus pada penyediaan benih (nener) menjadi budidaya bandeng konsumsi berkelanjutan, menangkap peluang ekonomi, dan meningkatkan ketahanan pangan protein masyarakat.
Potensi produksi benih bandeng atau nener di Buleleng dan Jembrana yang mencapai angka hampir 15 miliar ekor per tahun menjadi landasan utama digulirkannya gerakan ini. Sayangnya, potensi sebesar itu belum dimanfaatkan secara optimal di tingkat lokal. Selama ini, produksi nener banyak terserap untuk kebutuhan budidaya di luar daerah, seperti Filipina dan beberapa wilayah di Jawa Tengah, yang memiliki budaya konsumsi bandeng yang sudah tinggi. Sementara itu, konsumsi bandeng di Bali sendiri masih relatif rendah.
Wabup Supriatna saat ditemui usai membuka kegiatan menegaskan bahwa momentum ini adalah langkah strategis untuk mengubah paradigma tersebut. “Peluang inilah akan kita tangkap supaya potensi yang kita punyai bisa terserap secara lebih besar untuk konsumsi di wilayah Buleleng dan Bali,” ujarnya.
Ia menambahkan, seminar ini diharapkan dapat memberikan masukan dan langkah-langkah konkret untuk memperkuat rantai budidaya dari nener hingga menjadi bandeng siap konsumsi.
Untuk memusatkan dan mempermudah pengembangan, rencana pengembangan “Kampung Bandeng” akan difokuskan di sentra-sentra pembenihan yang sudah ada, seperti di Kecamatan Gerokgak, tepatnya di Desa Patas dan Desa Sumberkima. Mendorong wilayah ini menjadi Kampung Budidaya Bandeng. Sehingga benar-benar pergerakan dari budidaya bandeng ini bisa lebih masif dan terarah. “Gerakan ini pun telah dimulai secara resmi bersamaan dengan pelantikan pengurus MAI Provinsi Bali beberapa waktu yang lalu,” kata Supriatna.
Menjawab tantangan pasar, Pemerintah tidak hanya berfokus pada penyerapan di dalam wilayah. Jika kepercayaan diri para pembudidaya telah tumbuh, maka perluasan pasar akan didorong. Bandeng Bali tidak hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga diproyeksikan menjadi oleh-oleh khas Buleleng, bahkan menembus pasar ekspor ke luar daerah dan luar negeri. Beberapa uji coba pasar telah dilakukan dengan hasil yang menggembirakan, seperti pengiriman bandeng cabut duri dan bandeng hollow (bandeng tanpa duri) ke Surabaya.
Dari sisi kebijakan, Supriatna mengungkapkan Pemerintah Kabupaten Buleleng bersama Pemerintah Provinsi Bali akan menyusun regulasi yang mendukung perkembangan budidaya bandeng ini. Regulasi ini diharapkan dapat memecahkan kendala, salah satunya adalah keterbatasan lahan darat di Bali yang harganya mahal. Solusi yang ditawarkan adalah dengan memanfaatkan potensi laut. “Jadi kita angkat sebagai bandeng premium Bali. Karena nanti kita berusaha laut itu menjadi suplai protein dalam bentuk bandeng tersebut. Jadi budidaya kami akan dicanangkan di laut,” tutupnya.
Writer: Indra
Editor: Francelino



