Pemerintahan

Program Genting di Buleleng Dipuji BKKBN Provinsi Bali

Quotation:
“Kami menyampaikan terima kasih kepada Pemkab Buleleng, terutama tim pengendali Genting. Memang masih kecil, tapi langkah ini sudah sangat baik. Harapannya, koordinasi bisa lebih kuat melalui pendekatan pentahelix — melibatkan pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, dan masyarakat,” kata Dewa.

Singaraja, SINARTIMUR.co.id – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) Perwakilan Provinsi Bali mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam melaksanakan Program Genting atau Gerakan Orangtua Asuh Cegah Stunting. Hal itu terungkap dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi di Aula Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP2KBP3A) Kabupaten Buleleng, Selasa (7/10/2025).

Ketua Tim Kerja Genting Kemendukbangga Perwakilan Provinsi Bali, Dewa Nyoman Dalem, mengatakan Genting merupakan salah satu program “quick win” dari Kemendukbangga. Program ini mengedepankan peran masyarakat dan lembaga nonpemerintah untuk menjadi orangtua asuh bagi keluarga yang berisiko stunting (KRS).

Ia mengapresiasi langkah Pemkab Buleleng yang telah mulai menggerakkan program Genting sejak awal 2025. Hingga saat ini, tercatat sekitar 21 donatur atau orangtua asuh telah terlibat dalam membantu keluarga berisiko stunting di wilayah tersebut, dengan tingkat intervensi mencapai 4,3 persen.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada Pemkab Buleleng, terutama tim pengendali Genting. Memang masih kecil, tapi langkah ini sudah sangat baik. Harapannya, koordinasi bisa lebih kuat melalui pendekatan pentahelix — melibatkan pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, dan masyarakat,” kata Dewa.

Menurut Dewa, keluarga berisiko stunting meliputi ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak berusia di bawah dua tahun (baduta). Pada masa seribu hari pertama kehidupan (HPK), lanjutnya, diperlukan intervensi gizi dan edukasi yang tepat agar tumbuh kembang anak tidak terganggu.

Lebih jauh, Dewa menjelaskan bahwa stunting bukan hanya disebabkan oleh kekurangan gizi semata. “Ada faktor sensitif seperti lingkungan yang tidak sehat, sanitasi buruk, dan pola asuh yang kurang tepat. Jadi edukasi masyarakat menjadi kunci dalam pencegahan,” ujarnya.

Dewa menambahkan, meskipun angka stunting di Bali termasuk yang terendah secara nasional, upaya pencegahan tetap perlu digencarkan agar tidak terjadi peningkatan di masa mendatang.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP2KBP3A) Kabupaten Buleleng, Nyoman Suyasa, mengatakan program Genting di daerahnya dijalankan dengan pendekatan empat dimensi: bantuan nutrisi, perbaikan sanitasi, akses air bersih, dan edukasi berkelanjutan.

“Tidak semua bantuan harus berupa materi. Edukasi mengenai pola asuh, pola makan, hingga peningkatan kapasitas ekonomi keluarga juga bagian dari intervensi Genting,” jelas Suyasa.

Ia mengungkapkan, sejauh ini tercatat 81 orangtua asuh telah bergabung dalam program tersebut di Buleleng. Dari jumlah itu, 21 di antaranya memberikan bantuan langsung, sedangkan sisanya fokus pada pendampingan edukatif.

Namun, jumlah itu masih jauh dari kebutuhan. Berdasarkan data terakhir, terdapat lebih dari 17 ribu keluarga berisiko stunting (KRS) di Kabupaten Buleleng, dengan sekitar 900 keluarga telah teridentifikasi mengalami stunting.

“Artinya, kita masih butuh banyak pihak yang mau ikut menjadi orangtua asuh. Stunting ini tidak bisa hanya ditangani pemerintah. Harus ada kolaborasi lintas sektor dan gotong royong bersama masyarakat,” pungkas Suyasa.

Writer/Editor: Francelino

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button