Pendidikan: Guru Kelas Diajak Deteksi Dini Anak Kesulitan Membaca

Quotation:
”Komunikasi dengan FIP Undiksha akan dilakukan kembali. Karena ada progres, namun menyisakan beberapa kendala. Salah satunya, sinkronisasi antara yang bersangkutan, pendamping, kebijakan sekolah, dan orang tua. Contoh, ketika pendamping datang, anak tidak datang,” ucap Kadis Surya Bharata.
Singaraja, SINARTIMUR.co.id – Fenomena siswa tidak bisa baca dan tulis di Buleleng kini sudah bisa ditangani dengan baik. Pasca tak didampingi oleh perguruan tinggi dalam penanganan anak belum lancar membaca, kini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng mengajak guru kelas untuk mendeteksi dini siswa, yang kesulitan membaca. Hal ini setidaknya mempercepat mengetahui kondisi, agar tidak menjadi masalah besar nan kompleks dikemudian hari.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Kadisdikpora) Kabupaten Buleleng, Ida Bagus Gde Surya Bharata mengatakan, pihaknya sudah melakukan deteksi dini di jenjang sekolah dasar (SD). Mereka diberi pemahaman, mengenai cara mendeteksi anak-anak yang membutuhkan perlakuan khusus, salah satunya membaca.
”Kami mengundang guru-guru di kelas III, untuk bisa melakukan deteksi dini berupa asesmen. Agar yang kesulitan membaca bisa dipetakan. Ini kerjasama kami dengan Unit Layanan Disabilitas,” jelas Kadis Surya Bharata, Kamis (6/11/2025).
Dilanjutkannya, Pemkab Buleleng akan kembali membangun komunikasi dengan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Undiksha. Sebab sebelumnya, kampus tersebut berharap pendampingan anak-anak yang belum bisa membaca, yang telah mereka lakukan selama empat bulan, dapat dilanjutkan oleh pemerintah dan sekolah, bukan oleh kampus lagi. Bahkan Kemendikdasmen RI, kalau bisa dapat turun membantu untuk mengintervensi penyelesaian masalah itu.
Meski begitu, Disdikpora menunggu arahan bupati mengenai kebijakan Pemkab Buleleng nantinya. Baik dari sisi data, strategi, pendekatan, sasaran, hingga sisi akademisnya. Begitu juga dengan fasilitas, yang perlu dipertimbangkan dan ada bahan kebijakannya.
”Komunikasi dengan FIP Undiksha akan dilakukan kembali. Karena ada progres, namun menyisakan beberapa kendala. Salah satunya, sinkronisasi antara yang bersangkutan, pendamping, kebijakan sekolah, dan orang tua. Contoh, ketika pendamping datang, anak tidak datang,” lanjut Surya Bharata.
Sembari menunggu langkah selanjutnya, perlakuan untuk siswa-siswa yang kesulitan membaca, masih dilayani oleh ULD. Segala perkembangannya dipantau melalui unit tersebut. Termasuk dengan layanan konsultasi, apabila ada hal-hal yang perlu ditangani secara lebih intensif.
Disdikpora Buleleng juga menyiapkan program, yakni ada Guru Pendidikan Khusus (GPK) yang tugasnya melakukan pendampingan secara reguler. Secara praktek, mereka akan melakukan pertemuan dengan siswa kesulitan membaca, satu sampai dua kali dalam seminggu. Mereka akan bergerak secara mobile.
Diketahui di Buleleng ada empat GPK. Pola mengajar mereka akan diatur, kemungkinan mirip seperti pengawas sekolah. Jadi guru-guru ini akan datang ke beberapa lokasi, untuk memberikan edukasi.
”Kami tidak bisa meng-cut di tengah jalan (pindahkan siswa ke pendidikan non formal) dan menjadi dilema bagi orang tua. Tetap difasilitasi dengan kondisi fasilitas yang ada,” pungkas kepala Disdikpora Buleleng itu.
Writer/Editor: Francelino



